Selasa, 11 Mei 2010

Amazing Moment

Minggu ini adalah amazing moment. Untuk menjelaskannya aku sudah post note dari FBku untuk bisa menjelaskan alur pikiranku. Check this out “Renungan Seperempat Abad” dan “Renungan lanjutan…”

Aku tak sengaja mengerti ketika SD bahwa otaklah yang aku latih saat belajar sepeda. Masih ingat dengan menggunakan sepeda bergambar tokoh Saint Saiya, aku berlatih sepeda. Awalnya cara klasik seperti orang-orang lain dengan memaksa utuk mengayuhnya pedal dan terjatuh. Seperti ilham mungkin ini bisa jadi metode buat seluruh masyarakat, aku agak capek dan memutuskan untuk duduk di boncengan belakang dengan tangan tetap memegang stang. Aku lalu seperti orang berjalan tapi tetap duduk di boncengan. Kenapa di boncengan karena lebih pendek dari sadel depan sehingga mudah untuk mengayuh kaki agar tetap sepeda berjalan dibanding kaki yang hampir menjinjit di depan dan bisa jatuh kalo kaki yang satunya sedang tidak konsen mengayuh. Mungkin prosesnya sama seperti anak bayi yang menggunakan mainan yang dia duduk di atas kain tapi sesekali dia bisa berlatih berjalan ke sana kemari.

Aku mulai memutuskan untuk melakukan seperti itu saja sekitar jam 2, dan sampai sore aku cuma seperti itu, sampai-sampai orang-orang tua bertanya, ngapain kamu? coba dong diayuh pedalnya, coba belajar di depan jangan diboncengan melulu. Sampai sore aku sama sekali tidak mencoba mengayuh pedal tapi hanya berjalan dengan tetap duduk di belakan boncengan. Sore hari menjelang maghrib, seperti ada yang membisiki aku mencoba untuk menaiki sepedaku seperti ada rasa aku sudah bisa. Mungkin saat mengayuh dengan berjalan biasa sudah terasa bahwa memang sudah bisa menjaga keseimbangan.

Dan seperti keajaiban aku bisa mengayuh pedal dan merasa seperti ada tangan-tangan gaib yang memegangi sepeda.

Waktu aku SMA aku ngekos di rumah teman, dan adek perempuannya yang selalu kupangil dedek minta orangtua untuk menemani dan memegangi sepeda dan dia mencoba mengayuh sepeda di depan. Orang tua sedang cukup sibuk dan meminta dedek untuk belajar sendiri. Aku memberi tahu dedek untuk duduk di boncengan biar kakinya pas menyangga dan menyuruhnya berkeliing dengan cara berjalan saja. Aku cerita semua pengalamanku dan dia kelihatanya mengikuti anjuranku walaupun awalnya dia bilang kaya orang bodoh saja cuma ngayuh kaki biar sepeda jalan. Dan akhirnya dia mengucapkan terimakasih keadaku karena dia bisa bersepada tanpa susah payah apalagi jatuh terluka sama sekali seperti jika memaksa otak untuk belajar seimbang tanpa proses sedikit demi sedikit.

Aku mengetahui otaklah yang bekerja dan mempengaruhi cara kita berpikir dan tindakan yang kita pilih. Meski begitu aku heran kenapa masih terasa sakit jika teringat seorang yang sekarang diujung barat pulau Jawa (Baca posting dengan judul”Clue”). Aku sadar dengan tujuanku membeli HP dengan kelangkapan Java, dan MP3 yaitu untuk meningkatkan spiritualku. Aku lalu mendengarkan murotal full selama beberapa hari ini. Awalnya ada sedikit kebosanan jika mendengarkan beberapa lama. Tapi semalam aku memakainya lebih dari 6 jam meski aku ngobrol dengan orang handset tetap kupasang dengan volume terkecil tapi masih terdengar.

Otakku telah lama diberi input yang salah. Seperti kata temanku mame dari seorang bijak mas Bas bahwa kenapa kita resah atau mudah berbuat dosa itu karena inputnya yang bermasalah sehingga proses dan outputnya bermasalah. Di kampusku pemicu rangsang berlalu-lalang dan dulu aku terlalu berkeinginan untuk memiliki seseorang yang ujungnya tidak berkompromi, ada juga lagu dan tontonan yang pernah aku lihat dan dengar.

Alhamdulillah ada sedikit perbaikan hormon dan resahku sungguh hampir hilang, aku rasa tubuhku ini akan berkompromi dan mulai patuh pada tuannya yaitu Ruh yang dulu bersumpah untuk setia mengabdi Tuhanya. Insya Allah, “inside of me” akan menguasai sepenuhnya me. Dan seperti yang dulu aku sering bilang “inside of me” berbeda dengan aku yang tampak, Insya Allah akan segera berakhir.

Thanks for LK1 HMI tadi malam untuk inpirasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar